zmedia

Merokok Sebabkan Gigi Kuning hingga Risiko Kanker Mulut, Ini Penjelasan Ahli

ilustrasi merokok

Merokok telah menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan bagi banyak orang di Indonesia. Sebagai negara penghasil tembakau terbesar di dunia, Indonesia mencatatkan tingkat konsumsi rokok yang sangat tinggi. Kebiasaan ini tidak hanya meningkatkan risiko penyakit kronis, tetapi juga dapat berdampak buruk terhadap kualitas hidup secara keseluruhan.

Menurut penjelasan Dian Artanty, Dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Muhammadiyah Surabaya, merokok memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan gigi dan mulut. "Merokok dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, seperti menjadi kuning, yang disebabkan oleh zat berbahaya dalam rokok, yakni nikotin dan tar," ungkap Dian dalam wawancaranya pada Rabu (14/05/2025).

Dian melanjutkan bahwa nikotin dan tar memiliki sifat lengket yang mudah menempel pada permukaan gigi. "Ketika seseorang merokok secara rutin, kedua zat ini akan menyerap ke dalam pori-pori enamel gigi. Nikotin bereaksi dengan oksigen dan menyebabkan warna gigi berubah menjadi kuning, sementara tar memberi noda berwarna coklat. Gabungan dari kedua zat tersebut menciptakan noda yang sulit dihilangkan hanya dengan menyikat gigi," jelasnya.

Selain perubahan warna pada gigi, merokok juga dapat mengurangi produksi air liur yang memiliki fungsi untuk membersihkan mulut secara alami. "Mulut yang kering akan menciptakan kondisi asam, yang mendukung pertumbuhan bakteri. Penumpukan bakteri ini dapat menyebabkan plak dan karang gigi berwarna kuning atau kecoklatan yang sangat sulit dibersihkan," tambah Dian.

Dian juga memperingatkan bahwa kebiasaan merokok dapat memicu peradangan pada gusi (gingivitis) dan jaringan penyangga gigi (periodontitis), yang dapat mengakibatkan gusi berdarah, nyeri saat mengunyah, serta gigi yang goyang dan bahkan lepas. "Selain itu, merokok juga memperlambat proses penyembuhan luka di rongga mulut dan meningkatkan risiko kanker mulut karena adanya zat karsinogenik dalam rokok," jelasnya.

Dalam sebuah penelitian sebelumnya, Dian menemukan adanya hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dan resorbsi tulang alveolar, yang merupakan penyusutan tulang rahang. "Hal ini membuat gigi lebih mudah tanggal dan pemasangan gigi palsu menjadi lebih sulit," tambahnya.

Sebagai langkah pencegahan, Dian menyarankan agar individu berhenti merokok, rutin menyikat gigi, berkumur dengan air putih, dan secara berkala memeriksakan kesehatan gigi ke dokter gigi. "Lebih baik mencegah daripada mengobati. Jangan tunggu sampai kerusakan gigi terjadi, lakukan tindakan pencegahan secepatnya," tutup Dian.