zmedia

Abdul Mu’ti: Kolaborasi Orang Tua, Sekolah, dan Masyarakat Kunci Pendidikan Berkualitas

 

Potret Mendikdasmen, Abdul Mu’ti saat menyampaikan pesan Tasyakuran

Sidoarjo – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menyampaikan pesan penuh inspirasi dalam acara Tasyakuran Kelas XII SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo Tahun Ajaran 2024–2025 yang digelar pada Sabtu, 10 Mei 2025. Momen ini juga menandai peresmian asrama baru Smamda Dormitory, yang dilaksanakan di Auditorium KH Fachrudin.

Dalam sambutannya, Abdul Mu’ti menekankan bahwa keberhasilan pendidikan tak lepas dari sinergi antara empat elemen utama, yaitu sekolah, orang tua, masyarakat, dan media. Ia menyebut kolaborasi ini sebagai "catur pusat pendidikan", dan menilai bahwa tanpa komunikasi dan kerjasama yang erat antar unsur tersebut, layanan pendidikan tidak akan optimal.

Sejumlah tokoh penting Muhammadiyah Jawa Timur bersama Mendikdasmen (tiga dari kiri)
Lebih lanjut, ia menyoroti peran krusial para pendidik dalam membentuk karakter siswa. Menurutnya, guru bukan hanya pengajar, melainkan juga harus berperan sebagai pembimbing, mentor, konselor, serta panutan. “Tugas guru melampaui ruang kelas. Mereka harus hadir dalam setiap aspek kehidupan siswa, termasuk dalam mendampingi kondisi emosional dan moral mereka,” ujarnya.

Abdul Mu’ti mengingatkan pentingnya empati dalam pendidikan. Ia membagikan pengalaman pribadinya saat kuliah S-2 di Australia tahun 1995, di mana ia diminta membaca buku How Children Fail karya John Holt. Buku ini, katanya, menyadarkan bahwa banyak anak gagal bukan karena tidak pintar, tetapi karena tidak diberi ruang untuk menjadi dirinya sendiri.

“Pendidikan sejati bukan hanya soal angka dan nilai, tetapi soal penghargaan terhadap potensi anak. Kita harus memuliakan mereka sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki keunikan masing-masing,” jelasnya. Ia menegaskan bahwa tugas pendidik adalah membantu siswa mengenali dan mengembangkan potensi serta minat mereka dengan kasih dan penghargaan.

Abdul Mu’ti juga menyampaikan pentingnya ketangguhan dalam menghadapi tantangan. Ia mengutip pepatah Jepang: “Jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali”, sebagai gambaran bahwa kegagalan merupakan bagian alami dari proses menuju keberhasilan.

Menutup pesannya, ia memberikan motivasi kepada para guru dan siswa agar tetap semangat dalam mengejar tujuan hidup. “Berikan yang terbaik, jadilah yang terbaik. Jangan mudah menyerah, karena pencapaian besar membutuhkan waktu dan kesabaran,” tutupnya penuh semangat.